Ini bisa
dikatakan bahwa aku dalam masa-masa tua perkuliahan, semester 7 lebih tepatnya.
Selama aku menjalani kuliah di jurusan Ilmu Administrasi, aku merasa dunia
perkuliahan itu lebih mudah dibanding masa SMP atau SMA. Pasti sudah tau bagi
kalian yang sedang atau pernah merasakan jenjang perkuliahan. Banyak waktu
untuk main game, bisa begadang, tidak ada yang menyuruh belajar, atau bahkan
tidak perlu bangun pagi jika kita mengatur jadwal kuliah bagi yang tidak suka
dan tidak terbiasa bangun pagi.
Namun, di
Desember ini, aku merasa agak berat menjalankan perkuliahan yang sebenarnya
jumlah mata kuliah yang ditempuh lebih sedikit dari sebelumnya, termasuk
KKN/Magang di instansi pemerintah juga sudah terlewati. Pasti saat perkuliahan
seperti ini terasa membosankan, apalagi di semester 7. Sudah tiga tahun lebih
lho menjalankan aktivitas seperti ini. Bosan kan? Iya.
Dua hari yang
lalu aku merasa seperti saat ini adalah saat yang dimana aku butuh dorongan
mental dan pikiran jernih untuk menghadapi perasaan yang sangat resah dan
gelisah. Aku merasa hari itu adalah hari yang paling berat aku rasakan saat
kuliah. Pertama, setelah melakukan KKN/Magang dan penyusunan laporang magang
secara berkelompok akhirnya tiba juga saatnya untuk pertanggungjawaban laporan
tersebut atau ujian magang di kampus. Hal ini membuat perasaan yang
berdebar-debar dan aku berpikir, kira-kira bagaimana ujian tersebut dan apa
saja pertanyaan yang akan muncul saat ujian nanti.
Selasa pagi
aku tiba di kampus dengan pakaian rapi lengkap dengan jas almamater dan dasi
untuk menghadapi ujian. Aku masuk ke ruang tunggu. Oh shit! Aku lupa mengcopy
file untuk persiapan ujian. Buru-buru aku copy di depan kampus dan uang saku
lenyap 15 ribu. Aku memang pelit kalo soal fotocopy, paling juga ga dibaca. Buang-buang
kertas dengan biaya cukup besar. Setelah sampai di lobby lagi untuk menunggu
jadwal, bagian administrasi memanggil namaku, karena aku adalah ketua kelompok.
Dalam hati aku bertanya, “Ada apa ya aku dipanggil?” Setelah aku datang, beliau
mengatakan bahwa dosen pembimbing magangku belum datang dan apabila beliau
tidak datang maka ujianku akan dicancel. Wah, pertanda apa ini? Aku tetap
mencoba untuk tenang dan terus menghubungi dosen pembimbingku. Setelah kurang
lebih 20 menit tanpa kejelasan, akhirnya dosen pembimbingku membalas pesan
dengan jawaban “Ok”. Beberapa kelompok sudah keluar dari ruang ujian. Aku
mencoba bertanya kepada mereka tentang apa dan bagaimana pertanyaan yang
muncul. Jawaban mereka cukup membuat aku dapat bernafas lega, dan aku tidak
perlu terlalu khawatir.
Setelah
beberapa saat menunggu, akhirnya kelompokku dipanggil juga untuk ujian. Kami
memasuki ruang ujian bersama-sama. Dua dosen dihadapan kami. Pertanyaan pertama
muncul mengenai garis besar judul yang aku ambil. Ternyata, pertanyaan
selanjutnya yang muncul adalah pertanyaan yang benar-benar di luar dugaan dan
tak sempat aku memikirkannya. Tak tahu apa yang harus kami jawab, sangat
melelahkan jika merasakannya. Kami semua gugup, keluar keringat dingin, bingung
dan tak tahu apa yang kami ucapkan, yang penting mulut bersuara. Karena kami
kebingungan, dua dosen tersebut hanya tertawa saja. Setelah itu pernyataan
penutup dosen penguji tersebut membuat denyut nadi seakan berhenti dan otak tak
bisa berpikir karena kekurangan oksigen. Mereka cuma bilang, “Silahkan kalian
tunggu di luar ya. Masalah nilai nanti akan kami tulis, dan nanti akan kami
putuskan untuk kalian cukup dengan nilai ini atau mengulang magang lagi.” Kata “mengulang
magang” ini yang membuat kami syok berat.
Kami keluar
dengan wajah tidak percaya ujian yang kami hadapi sesulit itu. Mengapa yang
lain begitu mudah? “Sialan!” dalam hati aku berkata sambil mengumpat-ngumpat. Bahkan,
salah satu temanku ada yang menangis karena takut. Itu membuat aku merasa syok
dan selalu memikirkannya dan membuat keadaan mentalku selanjutnya terasa begitu
sensitif dan rapuh. Setelah itu kami berfoto sebentar untuk menghibur diri dan
kembali pulang ke kost masing-masing. Aku berjalan pulang sambil tidak percaya
bahwa ujian yang selama 15 menit dapat merubah perasaanku menjadi resah. Aku
berusaha menghibur diri dengan berpikir “Tidak mungkin jika kami harus
mengulang praktek magang.”
Kedua, masih
di hari yang sama, sorenya aku mengikuti perkuliahan seperti biasa. Yah, kuiah
sore ini cukup tenang dan santai walau serius, tapi soal ujian magang masih
terpikirkan. Ada teman satu kelas di mata kuliah lain yang memberitahuku
mengenai tugas di mata kuliah kita. Itu karena ada kuliah tambahan dan aku ga
masuk. Untuk tugas itu aku pikir cukup mudah, paling resume atau review seperti
biasanya. Memang tugasnya itu. Namun, yang membuat aku terkejut saat mengambil
materi tugas itu di kampus adalah banyaknya halaman dari buku tersebut yang
harus aku copy. Wah, keluar biaya lagi ini pasti. Buku yang tebal harus
diresume, materinya dicopy dengan harga 8 ribu dan yang paling sial adalah
besok siang (Rabu/11.12.13). Yah, malam ini gak tidur lagi deh…
Malamnya aku
tertidur. Aku berusaha dan akhirnya aku bangun jam 3 dini hari. Ga perlu banyak
ini-itu tugas langsung aku kerjakan. Dari materi 115 halaman aku resume menjadi
4 halaman. Cukup hebat juga aku ternyata. Ilmu kepepet memang super sekali. Hehehe…
Siangnya aku mengantuk dan berusaha tetap terjaga. Aku berangkat dan masuk
ruang kuliah. Dosen datang meminta tugas untuk dikumpulkan. Dosen meminta
mahasiswa yang ditunjuk untuk maju ke depan kelas dan mempresentasikan hasil
kerjanya. Nama yang pertama kali dipanggil adalah namaku. Dosen melihat
sebentar hasil kerjaku dan bertanya, “Bagian mana yang kamu resume?” Aku jawab,
“Seluruh isi buku, Pak.” Desenku geleng-geleng kepala. Aku berpikir apakah ada
yang salah dengan tugasku? Mahasiswi sekelas yang duduk didepanku bertanya “kok
hebat ya kamu, mas. Kan yang diresume cuma bagian pengantarnya saja.” Busyet,
salah juga aku ngerjain tugas. Tidak jadi maju ke depan, diganti mahasiswa
lain. Salah dan dosa apa aku ini? Aku syok dengan keadaan rapuh karena
memikirkan hasil ujian magang, dan sekarang aku salah mengerjakan tugas yang
aku kerjakan dengan uang 8 ribu, kurang tidur dan memaksimalkan otak dari 115
halaman menjadi 4 halaman, dan semua itu ternyata SALAH! Sialan! Saat pulang
dari kuliah ini, aku melihat absensi pertemuan sebelumnya aku dicoret karena
tidak masuk. Karena aku takut nantinya aku terkena kategori absensi, akhirnya
coretan tanda silang itu aku tumpuk dengan tanda tanganku. Ada sih rasa takut
dan ga enak dengan ketua kelas, soalnya ketua kelasku cewe, junior di
angkatanku dan agak rese’.
Yang ketiga
adalah jarkom mendadak dari ketua kelas mata kuliah lain yang menentukan
kelompok dalam seminar besok Jum’at. Pembentukan kelompok yang tidak merata dan
sungguh merugikanku karena mendapat bagian sebagai kelompok penyaji dengan
anggota paling sedikit, tidak ada yang aku kenal dan kelompok terakhir. Yang mengecewakan
adalah karena manipulasi kelompok oleh ketua kelompok dan aku merasa hal ini
tidak adil.
Malam sebelum
itu kepikiran juga sih tentang ada berapa pertemuan aku ga mengikuti kuliah di
semester ini. Maklumlah, sekitar 3 minggu udah Ujian Akhir Semester. Jadi takut
kalo mendapat kategori kehadiran yang tidak memperkenankan mahasiswa mengikuti
UAS. Akhirnya, aku berusaha untuk mencari surat keterangan sakit dari dokter
sebagai alat yang nantinya akan membantu jika terjadi hal yang diinginkan
sebelum UAS. Aku mencoba ke Rumah Sakit milik kampus dan ternyata tidak bisa.
Aku resah, gelisah dan syok lagi dengan hal itu. Aku takut jika tidak mendapat
surat keterangan sakit untuk tidak mengikuti kuliah di waktu sebelumnya, bahkan
jauh hari sebelum UTS.
Karena hal itu
semua aku merasa hari-hari di akhir tahun 2013 begitu berat aku jalani sebagi
mahasiswa. Padahal sebelumnya aku tidak pernah merasa seperti ini. Mungkin ini
memang saatnya kedewasaan dan rasa tanggung jawabku diuji, aku harus bisa
melewatinya dan aku harus tetap seperti aku yang biasanya, arrogant, ceria,
senang dan hobi tertawa… :D Terima kasih juga hari ini di 11.12.13 untuk
Alfiana Dwi Cahyani yang sudah menemani setiap waktu di hari-hariku selama ini…
Semoga Allah melindungi kita dan memberikan petunjuk untuk jalan terang yang
diridhoinya.